Kalau mulai naksirnya, sih, udah sejak SMP.
Eh, atau justru sejak SD, ya?
Yang jelas, perasaan 'naksir' itu berkembang jadi sesuatu yang besar sampai bikin aku berani bilang, "Kayaknya menulis tuh passion-ku, deh. Aku mau bisa menghasilkan uang dari menulis."
Well, well, well, emang yang namanya mulut tuh enggak boleh asal jeplak.
Soalnya sejak saat itu, hubunganku sama menulis jadi... rumit? Semacam cinta tapi benci gitulah. Cinta karena it's the first activity that I was genuinely passionate about. And I still am. Sayangnya, perasaan berbunga-bunga ini mulai berubah pas doaku terkabul beberapa tahun lalu; aku beneran nulis buat kerja!
Aku paham banget kalau enggak semua orang punya kesempatan buat dapet duit dari hal yang mereka sukai. And I am grateful for the opportunity. Tapi, tuh, masalahnya... lama-lama menulis enggak lagi jadi hal yang menyenangkan. Ternyata kalau aku nulis buat orang lain, ada tekanan yang sama sekali enggak aku rasain pas nulis buat nyenengin diri sendiri. Tekanan ini, nih, yang bikin aku mulai kurang suka sama nulis. Rasa sayangku ke menulis jadi berkurang. Apalagi kalau ternyata hasilnya kurang sesuai ekspektasi orang lain (read: atasan dan klien)—duh, mamam tuh kerja sesuai passion!
At one point, I think I even fell out of love with writing. It just didn't excite me anymore. Selama beberapa bulan (atau tahun?) dalam fase ini, aku bener-bener cuma nulis buat kerjaan aja. I just didn't have the emotional capacity to write for my own pleasure.
Tapi lama-lama, kok sesek juga ya ini hati sama pikiran? Penuh, Sob. Ujung-ujungnya, aku coba nulis lagi buat kesenanganku sendiri; tanpa tekanan, tanpa ekspektasi. Bencinya udah mulai hilang, nih. Apalagi, porsi kerjaanku waktu itu berubah jadi lebih banyak editing daripada nulis. Tiba-tiba, 'slot' waktu buat nulis jadi kebuka lagi, dan kayaknya tanpa sadar aku menyambutnya dengan senang hati.
Puncak kesadaranku tuh kayaknya pas aku kena lay off dari kantor (this is a story for another time). Sambil cari kerjaan full time baru, alhamdulillah aku masih dapet pemasukan dari beberapa project nulis sebagai freelancer. Awalnya, JUJUR AJA, aku ragu soalnya aku udah jarang nulis buat keperluan kerja. Apalagi, deadline yang dikasih buat project freelance ini biasanya cukup ketat. Misalnya sore ini baru dikasih brief buat nulis lima artikel, besok sore udah harus dikirim ke klien.
But then something kinda fascinating happened.
I... did it? At first, I was struggling to write 5-6 articles per day (padahal dulu pas awal masa kerja bisa nulis sampai delapan artikel dalam sehari!), tapi lama-lama kok makin lancar aja nih. And what surprised me more was that I genuinely enjoyed the process? Aku suka melajarin brief yang dikasih, browsing cari referensi materi yang legit, terus ngerangkai kalimat demi kalimat sampai artikelnya selesai. ARGH, bangga banget gitu lho rasanya. Ternyata aku tuh masih mampu!
Jadi kayaknya, nih, KAYAKNYA aku CLBK sama menulis hahaha.
Well, tentu ada kemungkinan kalau perasaan ini bakal berubah dan aku jadi balik sebel sama menulis, but right now I just want to cherish this feeling. It's been nice.
Or, maybe, me falling back in love with writing is the silver lining of the unfortunate situation I'm currently experiencing. So I guess, let's just make the most out of this phase, shall we?
No comments:
Post a Comment